Pendidikan tidak hanya berbicara tentang angka dan nilai akademik, tetapi juga tentang bagaimana proses belajar dapat menumbuhkan kesejahteraan psikologis peserta didik. Dalam konteks inilah, psikologi pendidikan memainkan peran penting untuk memahami perilaku belajar siswa, memotivasi mereka, dan membantu menciptakan lingkungan sekolah yang mendukung pertumbuhan mental dan emosional.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pendekatan psikologi pendidikan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap motivasi belajar dan prestasi siswa di sekolah dasar dan menengah. Guru yang memahami aspek psikologis anak terbukti lebih mampu mengelola kelas dengan empati, menumbuhkan minat belajar, serta menciptakan hubungan interpersonal yang sehat antara guru dan siswa.
Menurut data dari Jurnal Pendidikan Indonesia (2025), motivasi belajar siswa meningkat hingga 35% ketika guru menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis psikologi pendidikan. Guru yang mampu mengenali perbedaan karakter, gaya belajar, dan emosi anak dapat menyesuaikan metode mengajar agar lebih efektif. Misalnya, beberapa anak lebih mudah memahami pelajaran melalui visual, sementara yang lain membutuhkan pendekatan kinestetik atau interaktif.
Peran Guru dalam Psikologi Pendidikan
Guru tidak hanya bertugas sebagai penyampai materi, tetapi juga sebagai fasilitator dan pembimbing emosional. Menurut Dr. Rini Wahyuningtyas, pakar psikologi pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, guru perlu memahami bahwa setiap siswa memiliki kebutuhan emosional yang berbeda-beda.
“Guru yang peka terhadap kondisi psikologis anak dapat membantu mereka melewati hambatan belajar seperti kecemasan, rendah diri, atau kegagalan motivasi. Dengan pendekatan yang tepat, anak-anak bisa merasa lebih dihargai dan percaya diri,” ujarnya.
Selain itu, psikologi pendidikan juga membantu guru mengenali tanda-tanda stres akademik atau burnout pada siswa. Di masa pascapandemi, banyak siswa mengalami kesulitan adaptasi terhadap kegiatan belajar tatap muka. Faktor sosial dan emosional menjadi kunci dalam menumbuhkan kembali semangat belajar mereka.
Tantangan dalam Penerapan di Sekolah
Meskipun penting, penerapan psikologi pendidikan di Indonesia masih menghadapi banyak kendala. Tidak semua sekolah memiliki guru atau konselor yang memahami aspek psikologis anak. Di daerah terpencil, keterbatasan sumber daya dan pelatihan menjadi tantangan utama.
Salah satu guru sekolah dasar di Kabupaten Garut, Nurhayati, S.Pd., mengungkapkan bahwa pelatihan mengenai psikologi pendidikan masih jarang dilakukan.
“Kami sering fokus pada penyusunan kurikulum atau administrasi, tetapi jarang diberi pelatihan tentang bagaimana memahami perilaku anak atau menangani masalah emosi mereka,” katanya.
Hal ini menunjukkan pentingnya kebijakan pemerintah untuk memperkuat pelatihan guru dalam bidang psikologi pendidikan. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) sendiri telah mulai mengembangkan program pelatihan berbasis Social Emotional Learning (SEL) agar guru memiliki kemampuan mendampingi siswa secara emosional dan sosial.
Strategi Penguatan Psikologi Pendidikan
Ada beberapa langkah strategi yang dapat dilakukan untuk memperkuat penerapan psikologi pendidikan di sekolah, di antaranya:
1. Pelatihan Guru Secara Berkelanjutan Pelatihan mengenai pengajaran motivasi, pola pikir berkembang, dan regulasi emosional harus menjadi bagian dari pengembangan guru profesional.
2. Kerjasama Sekolah dan Orang Tua Orang tua perlu dilibatkan dalam memahami perilaku belajar anak agar proses pendidikan berjalan selaras di rumah dan di sekolah.
3. Pendekatan Individual dan Diferensiasi Pembelajaran Guru perlu menyesuaikan metode mengajar berdasarkan kemampuan dan kebutuhan emosional masing-masing siswa.
4. Dukungan Konseling Sekolah Setiap sekolah idealnya memiliki konselor pendidikan yang dapat membantu siswa mengatasi masalah psikologis atau sosial yang menghambat belajar.
Dampak Positif dan Harapan ke Depan
Sekolah yang berhasil menerapkan prinsip psikologi pendidikan menunjukkan hasil yang menjanjikan. Siswa tidak hanya mengalami peningkatan prestasi akademik, tetapi juga memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi dan keterampilan sosial yang lebih baik. Mereka lebih aktif dalam berdiskusi, berani mengemukakan pendapat, dan mampu mengatur emosi ketika menghadapi kesulitan belajar.
Menurut hasil survei Pusat Psikologi Pendidikan Indonesia (2025), sebanyak 78% siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran dengan pendekatan psikologi pendidikan menunjukkan peningkatan motivasi intrinsik dan kebahagiaan belajar.
Ke depan, penerapan psikologi pendidikan diharapkan menjadi bagian integral dari sistem pendidikan nasional. Dengan dukungan pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat, sekolah tidak hanya menjadi tempat belajar akademis, tetapi juga ruang tumbuh bagi anak-anak untuk memahami diri, mengelola emosi, dan membangun karakter yang tangguh.
“Pendidikan sejati bukan hanya soal nilai, tetapi bagaimana membantu anak memahami dirinya dan dunia di sekitarnya,” tutur Dr. Rini Wahyuningtyas menutup wawancara.
Oleh : Gilda Lajialalita Mahasiswa Pendidikan Anak Usia dini Universitas Muhammadiyah Kuningan

